Daftar Menu

26 November 2009

Bersiap?

Ketika Nuh membuat sebuah bahtera, sesuai dengan perintah Allah, orang banyak mengolok-olok dia. “Orang gila, kalau tidak mengapa ia membuat sebuat bahtera di daratan?”. Kemudian saat pembuatan bahtera belum selesai, saat mereka sedang istirahat kecapaian, salah seorang anaknya berkata ”Ayah, tak kulihat sedikit pun awan menutupi langit. Bagaimana engkau mengatakan akan turun hujan dan air bah akan menenggelamkan seluruh muka bumi?”. Nuh menjawab ”Allah menunggu sampai bahtera ini selesai di buat, baru semuanya itu akan terjadi”. Jawab anaknya ”Kalau begitu baiklah kiranya kita mengulur waktu, sampai panen ladang dan kebun kita”
Lalu Nuh berkata ”Tidak. Karena setiap waktu yang kita miliki sudah diperhitungkanNya”

Saudara-saudara, betapa kita sering mengabaikan tindakan preventif. Sangat sering kita berdalih ”ini belum perlu”, atau ”itu belum urgen”, padahal kita mengetahui hal tersebut pasti akan terjadi, hanya masalah waktu. Sudah banyak bukti pemikiran manusia yang meleset atau kalau boleh dikatakan ”salah”. Jadwal ”ronda malam” akan efektif ketika di komplek ada yang kehilangan sepeda motor. Membeli ”paracetamol” ketika sudah terserang sakit kepala. Umur saya sekarang 26 tahun dan saya belum ada rencana untuk menikah, jadi saya pikir ”nanti saja” lah mencari pacar. Kapan? 1 bulan sebelum menikah? 1 minggu sebelum menikah? 1 hari sebelum menikah?

Pemikiran manusia adalah tujuan. Proses tidak jadi soal. Sebagian orang yang memilih jalan berliku, terjal, berkerikil, dan penuh onak duri akan dianggap bodoh karena juga tersedia jalan yang mulus, lurus, dan rata. Mereka tidak menyadari di jalan yang mulus, lurus, dan rata tersebut akan licin sewaktu hujan, kendaraan akan melaju dengan kencang, dan yang pastinya karena lurus tidak akan ada rambu-rambu yang menyatakan ada tikungan, turunan, maupun tanjakan.

11 November 2009

Memecat Tuhan

Tungul adalah seorang petani padi di sebuah desa pedalaman Kalimantan Barat. Hari ini ia berencana akan menjemur padi di atas pante(1) bambu di belakang rumah panggungnya. Ia lalu menghamparkan bide(2) dan segera mengatur bulir-bulir padi dengan merata, sambil berharap cuaca hari ini akan panas sampai padi-padinya kering dan siap untuk ditumbuk menjadi beras.

Apa mau dikata, beberapa saat kemudian gerimis mulai turun. Tungul menengadah ke langit. ”Tidak ada awan, gerimis pula. Huuuhhhh....” dengan menggerutu ia pun melipat bide beserta isinya lalu menutupinya dengan terpal. Ternyata gerimis itu tidak berlangsung lama. Beberapa saat saja sudah berhenti dan cuaca panas lagi. Tungul tersenyum girang lalu membuka terpal yang menutupi bide dan padinya.

”Panaslah sepanas panasnya mentari... supaya padiku cepat kering” Celotehnya sambil meratakan padi-padi diatas bide. Setelah itu ia duduk di muka pintu yang menghubungkan pante dengan rumahnya sambil menikmati secangkir kopi dan sepiring singkong rebus. Nikmat sekali nampaknya sampai ia terngantuk-ngantuk. Kalau saja tidak ada ayam-ayam yang mencoba mencuri padi-padinya mungkin saja Tungul sudah tertidur.

Namun beberapa saat kemudian tiba-tiba gerimis kembali turun. Dengan penuh kesabaran Tungul kembali menutupi padi jemurannya dengan terpal. Selang beberapa saat langit kembali cerah dan Tungul pun melanjutkan menjemur padinya.

”Huh... cuaca yang aneh” Tungul menggerutu sendirian.

Beberapa saat kemudian...

Brrrr..... Brrrr.....

Gerimis yang tadinya sudah berhenti datang lagi. Hal ini membuat Tungul benar-benar kesal. Kali ini ia tidak memperdulikan padi-padinya yang basah terkena hujan. Tungul masuk ke dalam rumah. Diambilnya senapan lantak lalu dibawanya ke pante. Dengan berteriak ia mengarahkan senjata tersebut ke atas.

“Kalau sudah bosan jadi Tuhan… berhenti saja…!!!”

”Duarrr.....!!!”

Suara senapan lantak memecah angkasa. Lalu bergemuruhlah petir dan guntur di langit. Hujan pun turun dengan derasnya. Menyeletuk dalam hati, Tungul mencoba menutupi padinya yang sudah basah.

”Tembakanku tidak meleset, buktinya Ia menangis sejadi-jadinya”

Sahabat... sepintas lalu cerita diatas hanyalah sebuah dongeng pengantar tidur atau lelucon di warung kopi. Cerita-cerita seperti ini banyak berkembang di masyarakat kelas menengah ke bawah. Penulis juga lupa darimana mendapatkan cerita ini. Terlepas ini nyata atau tidak, setiap cerita yang dibuat pasti mempunyai makna tertentu untuk bisa dijadikan pelajaran berharga.

Kisah Tungul diatas barangkali sangat mirip dengan keadaan-keadaan kita saat ini. Dimana kita merasa ditinggalkan, merasa sendirian, sepertinya hidup ini tidak adil, yang terjadi tidak sesuai dengan yang direncanakan. Lalu mulailah mencari-cari penyebab (kalau tidak boleh disebut kambing hitam). Menyalahkan apa saja dan siapa saja yang penting bukan diri sendiri.

Sahabat... menerima dan mengakui diri sendiri dihadapan-Nya adalah jauh lebih baik daripada semuanya itu. Yang saya maksudkan bukanlah membenarkan diri, bukan memenangkan diri, dan bukan mengasihani diri sendiri. Kita akan selalu merasa salah kalau mencoba untuk serupa dengan dunia ini. Perbedaan bukan artinya satu sisi salah dan sisi lainnya adalah benar. Hukum benar dan salah hakikinya bukan manusia yang mengetahui.

Lihatlah pelangi... mempunyai banyak warna yang berbeda. Bisakah kita mengatakan salah satu, salah dua, atau salah tiga dari warna-warna tersebut salah? Pelangi akan sangat indah dengan warna-warnanya yang beragam.

Sebuah sinetron akan terasa garing jika tidak mempunyai peran antagonis untuk mengimbangi peran protagonis. Jika dunia ini adalah sandiwara, Sang Sutradara tentunya sudah menetapkan dan membagi-bagi peran tersebut dalam masing-masing pemainnya. Sutradara amatiran (yang mencontek -atau mencoba menjadi- Sang Sutradara) hanya akan menciptakan dua tokoh sentral; tokoh baik dan tokoh jahat. Tetapi Sang Sutradara mempunyai banyak tipe penokohan dalam ceritanya; tokoh yang murni jahat, tokoh yang terjebak menjadi jahat, tokoh yang dipaksa menjadi jahat, tokoh yang tidak tahu dirinya jahat, dan tokoh yang pura-pura jahat; dan sebaliknya.

Sahabat… tidak ada gunanya memaksa orang lain menjadi sama dengan diri kita. Tidak ada gunanya mengatakan orang lain salah dan kita benar sebelum kita bisa membuktikan bahwa kita memanglah yang paling benar. Apalagi dengan cara-cara pintas; dengan intimidasi misalnya. Jika orientasi sahabat adalah akherat (surga dan neraka), pastikan dahulu sahabat diterima disalah satu tempat tersebut lalu ajaklah sahabat lainnya untuk merasakan nikmat yang sama.

Penulis percaya sahabat sekalian adalah orang-orang yang sangat takut akan Tuhan. Tapi penulis sangat meragukan dengan hal tersebut sahabat sekalian telah melakukan hal yang membuat orang lain juga takut akan Tuhan.
Marilah kita menerima semua perbedaan yang ada untuk membuat dunia ini lebih indah.

(1) Dayak Kanayatn; sebuah panggung tanpa atap yang biasa digunakan masyarakat tradisional dayak untuk menjemur padi dan sebagainya.
(2) Dayak Kanayatn; tikar rotan yang dianyam bersama dengan serat kayu khusus.

08 November 2009

Aloners

Aloners merasakan kekosongan pada dirinya hari ini. Pikirannya menerawang mudur ke saat-saat yang mengisi hatinya. Tanpa sadar jarinya mengetikkan sebuah kenangan.

“Teringat aku padamu hari ini. Saat-saat bersama yang kita lewati melintas bagaikan lembaran-lembaran gambar yang indah. Begitu indahnya kita rasakan saat itu. Aku yang selalu ada untukmu dan kau yang selalu membutuhkanku. Sampai pada akhirnya, seiring waktu yang bergulir, dan hidup yang harus berlajut, kita harus terpisahkan jarak. Dan aku tahu di hati kita masih ada aku dan kau.

Aku masih merasakan aroma tubuhmu disini. Masih terdengar nada manja dan napasmu di telingaku. Matamu yang cerah berbinar, siap menyongsong masa depan yang gemilang. Aku ingin menyentuhmu, mendekapmu, dan membisikkan mimpi-mimpi itu lagi.”

Aloners menghentikan jari-jarinya sejenak...
Ia mendesah dalam hati.

”Kenapa memory otak manusia tidak bisa di delete? Ah... aku pun tidak yakin mampu menghapus kenangan itu. Semuanya begitu indah. Semuanya begitu hangat. Menggetarkan dan mendamaikan. Terperangkap dalam sebuah kuasa alam yang tak bisa ditentang dan sangat tidak bisa dipahami mereka yang punya mindset sempit”

Aloners sekarang sudah jauh dari semuanya itu. Aloners sekarang punya banyak harapan baru. Aloners yang kuat akan membuktikan bahwa tidak ada yang salah tentang dunia. Pandangan sebagian insan terhadap dunia kadang selalu salah. Dunia lebih kuasa daripada insan. Insan harus bersikap lebih terbuka dan dinamis dengan segala bentuk perubahan.

Tidak ada pertanyaan mengapa atau bagaimana itu bisa terjadi. Yang perlu ditanyakan adalah untuk apa semua itu terjadi. Bagaimana sikap setiap insan setelah itu adalah yang terpenting.

“Terima kasih kau sudah mau jadi sahabat, teman, saudara, dan semangat dalam hidupku dulu dan sampai sekarang. Terima kasih sudah mau mendengar dan didengar. Terima kasih sudah bersedia membentuk kenangan bersamaku. Aku akan selalu mencintaimu dengan bentuk yang sama seperti dulu. Banggakan aku dengan masa depanmu. Agar cerita ini lebih bermakna. Selamat tinggal untuk jumpa lagi”

Aloners berat untuk selalu mengucapkan perpisahan, karena ia tidak pernah inginkan itu. Namun dengan kebesaran hati dan cintanya yang besar ia dapat melakukannya. Meski menyisakan luka yang teramat perih.

Itulah Aloners... tidak akan pernah terpatahkan. Selalu teguh dengan keyakinannya dan pantang menyerah. Ia hanya berusaha berjalan di takdirnya sendiri. Takdir menjadi seorang Aloners.

07 November 2009

Hujan

Hujan deras lagi di kota ini. Mengingatkanku pada isteriku nanti. Saat cuaca dingin seperti ini dia pasti selalu punya solusi jitu untuk menghangatkan badan. Eits... jangan mikir yang nggak-nggak dong, aku aja nggak mikir yang nggak-nggak. Cuaca dingin seperti ini dia akan selalu membuatkan kopi dan penganan yang nikmat untukku dan kedua anak kami. Anak-anak hanya penganan saja, kopi ndak boleh. Kami akan duduk mengobrol di dekat perapian. Tanpa tv, tanpa listrik. Bukannya kami nggak punya tv atau listrik, tapi saat hujan seperti ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan semua aliran listrik akan saya matikan. Hal-hal apa saja yang bisa terjadi? Kamu nggak pernah nonton tv ya? Masa nggak tahu...!?!?

Aku akan bercerita tentang karyawati baru di kantor kami yang sangat cantik dan masih muda. Bentuk tubuhnya sangat sempurna untuk ukuran sekretaris kepala office boy. Isteriku mendengarkan dengan cermat. Saya tahu dia lagi mencari kesimpulan aku tertarik nggak dengan sekretaris seksi tersebut. Tanpa ditanya aku menjawab ”Mama jangan berprasangka yang nggak-nggak. Semua karyawan di kantor nggak akan mau dengannya, dia itu kan seorang agen FBI yang menyamar”. Perusahaan eksport import tempatku bekerja memang sering disusupi agen federal dan agen pemerintah dalam rangka memberantas terorisme.

Giliran isteriku bercerita. Katanya hari ini ada pasien berumur 21 tahun yang datang untuk disunat. Pemuda tersebut (biasanya yang disunat kan anak-anak) diantar calon isterinya. Ia harus disunat karena itu merupakan syarat dari orang tua perempuan calon mempelai wanita. Ada-ada saja, emang nyokap ceweknya tahu dia belum disunat? Kami tertawa ngakak lalu tersenyum mendengar cerita itu. Kadang kalau sudah sangat lucu kami akan tersenyum dulu baru tertawa. Hahaha....

Anak pertamaku, Evan, kelas 8, bercerita tentang betapa semangatnya dia saat mengetahui bahwa guru Biologi mereka tidak memarahinya karena mengetahuinya berpacaran dengan teman sekelasnya. Guru tersebut malahan menyarankan bagaimana caranya agar berpacaran dapat memacu semangat belajar. Wuihhh... ide yang briliant.

Anak keduaku, Julie, kelas 6, bercerita tentang dirinya yang lagi nggak pengen bersentuhan dengan lawan jenis karena takut hamil. Lho...!?!? katanya, guru kelas mereka mengatakan bahwa kalau sudah masuk masa pubertas, apabila seorang cewek dan cowok bersentuhan, dapat mengakibatkan kehamilan. Gubrakkk....!!!

Saudara pembaca yang budiman dan budiwati, begitulah keluarga ini. Keluarga kecil yang sangat bahagia menurut saya. Dimana tidak ada rahasia, tidak ada hal-hal yang ditutup-tutupi. Saling keterbukaan antar anggota keluarga semakin menguatkan hubungan cinta kasih diantara kami. Suasana akhir pekan seperti ini sudah menjadi rutinitas keluarga ini. Jika cuaca tidak hujan, kami akan mengunjungi tempat-tempat rekreasi yang murah atau memancing bersama di kolam belakang rumah.

06 November 2009

Catatan Hari Ini

Sahabat, ini adalah catatan yang bisa aku bagi pada hari ini. (2 Nov’09)

Tadi pagi disibukkan dengan dispenser yang bocor sejak kemarin malam. Berniat bangun tidur siang aku malahan bangun sangat pagi. Pendengaranku yang setajam ninja menangkap suara tetesan air dari dispenser yang ternyata merembes dan tidak ku tahu apa sebabnya. Setelah kubersihkan dan kukeringkan galon kupasang lagi. Dasar emang lagi sial kali ya, beberapa saat kemudian air galon merembes lagi. Kubersihkan lagi... kupasang lagi... sambil berharap setan penunggu galon tersebut tidak ngambek lagi. Ampuuunnnn... sampai sekarang galonnya masih merembes juga tuh. Maksudku sekarang! Saat aku menulis note ini, bukan saat kau membacanya. DODOL.

Sementara itu aku juga harus menyelesaikan draft untuk mengajar malam ini. Malam ini aku dijadwalkan memberikan materi hereditas di kelas 3 SMP. Pertama-tama aku akan menjelaskan beberapa istilah yang nantinya akan familiar dalam materi tersebut. Lalu menceritakan seorang ilmuwan genetika yang hasil penelitiannya baru diakui 50 tahun setelah ia meninggal. Kasihan banget ya, nggak bisa nikmati royalti tuh, kayak si Mbah aja... Lalu dilanjutkan dengan memasang-masangkan huruf-huruf sebagai analogi dari perkawinan. Kasihan banget, belum kawin udah belajar menganalogikan perkawinan. Tapi nggak apa-apa, anggap aja persiapan, biar lebih matang. Persiapan apa nih? Ngajar atau kawin?

Hujan turun dari siang sampai menjelang sore (jam berapa itu? Kira-kira aja deh sendiri) sehingga membimbingku untuk tidur ditemani suara indah Bunga Citra Lestari. Suaranya bikin tidur, kalau benar-benar ada disini pasti nggak bakalan bisa tidur deh.

Dua jam sebelum masuk kelas aku ditelepon CS tempatku bekerja, katanya ada perubahan kelas yang akan ku ajar malam ini. Jadwal semula adalah kelas 3 SMP berubah ke kelas 3 SMA. Oh may got… kelas 3 SMA itu kan dijadwalkan padaku 4 hari kedepan. Belum ada persiapan nih… materinya gambar semua lagi. Ya udah, daripada di cancel semua jadwalnya aku ngikut deh. Aku langsung start membuat draft, menggambar, mewarnai, dkk. Terkesan apa adanya dan kuharap menghasilkan seada-adanya. Akhirnya sukses juga tuh tadi di kelas. Malahan ada siswa yang terbengong-bengong. Eits… itu bengong karena salut pada gurunya atau nggak tahu gurunya ngelantur kemana-mana. Pastinya nggakl ah, saya kan sudah ada pengalaman mengajar, jadi tidak terlalu masalah kalau dapat jadwal dadakan seperti ini.

Saat pulang aku bermaksud mampir di toko langganan tempat aku biasa membeli DVD bajakan. Ternyata toko tersebut tutup. Padahal aku sudah mempersiapkan daftar judul film yang akan dibeli. Gagal deh rencana menghabiskan malam ini dengan menonton film baru. Hitung-hitung kan buat ngilangin stress dan capek sepanjang hari ini. Ngilangin atau ngalihkan? Terserah deh…

Sampai di rumah siswa privatku sms, mengatakan (menuliskan; red) bahwa untuk bulan ini dia tidak bisa mengikuti privat karena ada pelajaran tambahan di sekolahnya untuk persiapan ulangan akhir semester. Berkurang lagi nih pemasukan. Udahlah memang kurang, makin berkurang pula.

Mau buka facebook, jaringan lagi lelet.

Bikin BT semuanya...

Terlepas dari semuanya itu aku tetap bisa bersyukur. Sangat banyak kemurahan Tuhan yang kurasakan sampai pada saat ini. Tidak bisa dibandingkan dengan hal-hal kecil tersebut diatas. Aku bersyukur masih bisa bernapas, ada makanan yang bisa disantap, ada air bersih untuk mandi, ada air galon untuk minum, ada keluarga yang selalu mendukung dan memotivasiku walaupun tidak secara blak-blakan.

Mengapa aku masih bisa bersyukur? Karena aku punya banyak HARAPAN. Aku punya banyak IMPIAN. Harapan dan impian itu ada didepan, bukan di masa lalu yang hanya bisa dikenang.

Terima kasih Yesus, Tuhan dan Juru Selamatku...
”Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” –Mazmur 23:4-

01 November 2009

Jilid II : Prolog

Make me comfort to start new chapter…
Yeah… aku ingin merasa nyaman memulai babak baru dalam hidup ini. Bagian masa lalu yang tak akan ku lupakan harus aku tinggalkan. Terima kasih untuk setiap molekul kehidupan yang terlibat dan yang melibatkan diri dalam masa lalu itu. Tidak akan pernah aku mengutuki semuanya itu. Tidak akan pernah aku menangisi semuanya itu. Tidak akan pernah aku meratapi semuanya itu. Aku percaya semuanya adalah yang terbaik untukku. Aku hanya perlu lebih dan lebih bersyukur lagi atas begitu banyak kesempatan yang ditawarkan dunia ini padaku.

"Untuk apa kita jatuh? Supaya kita belajar untuk bangun” (Batman Begins)
Aku rasa aku bisa maknai ini. Untuk lebih berhati-hati dalam memilih dunia yang cocok untukku. Dunia yang bebas kemunafikan. Dunia yang penuh cinta sesungguhnya, bukan cinta antara yang baik dengan yang baik, bukan cinta antara yang benar dengan yang benar. Tetapi cinta yang universal. Cinta yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan. Life must go on, and the world too. Ini bukan seperti kisah-kisah alkitab lagi. Ini bukan zaman nabi-nabi lagi. Dunia telah berubah. Jauh. Pesan yang diwariskan adalah satu. KASIH.

Bukan kasih yang kau tunjukkan bila kau mengumpat, sumpah serapah keluar dari hatimu, caci maki di ujung lidahmu, kebencian dalam tatap matamu. Banyak diantara kita mengatakan pengikut Kristus, yang berusaha membawa semua orang menuju keselamatan. Omong kosong…!!! Ternyata kita hanya mengerjakan keselamatannya sendiri dan tak ingin orang lain turut serta diselamatkan. Menyingkirkan orang-orang yang seharusnya layak diselamatkan. Bukankah ini bisa jadi boomerang? Bukankah ini bisa mengawali sebuah dendam?

Aku tidak bisa mengidentifikasi iblis apa yang saat ini ada dalam diriku, atau malaikat apa yang ada dalam diriku (kata para ahli ada sisi baik dan sisi jahat). Yang aku tahu bahwa aku hanyalah manusia biasa, yang tak luput dari khilaf dan salah. Aku bahagia menjadi manusia dengan apa adanya. Baik dan buruk. Aku tahu, semakin aku berusaha menjadi yang sempurna maka semakin banyak ketidaksempurnaan yang kutemukan dalam diri. Orang yang seperti itu akan manghabiskan banyak waktunya untuk menyesali, meratapi, dan mengutuki dirinya sendiri. Dan tanpa sadar tergilas oleh kehidupan yang terus berputar. Adalah sangat membahagiakan dengan menerima diri apa adanya. Bersyukur atas semunya itu. Kelebihan dan kekurangan selalu berpasangan.

Memasuki Jilid II kehidupanku ini telah banyak kesempatan yang kudapatkan. Dalam masing-masing kesempatan tersebut aku bisa memperhitungkan seberapa besar peluang. Dan yang pasti, experience is the best teacher.

Thanks God...
I’m ready to the next chapter...
Apapun keputusan-Mu aku siap melaksanakannya. “Karena sesungguhnya aku ini hamba-Mu, jadilah kepadaku seturut kehendak-Mu”