Daftar Menu

24 Februari 2010

Jagalah Perkataanmu

Sekarang ini, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang tidak lagi menentukan bahwa dia semakin bijaksana dan semakin sopan dan santun tutur katanya. Ada begitu banyak orang yang berpendidikan tinggi sampai tingkat sarjana, S2, bahkan S3, tutur katanya tidak sopan bahkan cenderung arogan dan kasar. Tingkat intelektualitas dalam bertutur kata yang tidak sopan juga telah dipertontonkan kepada masyarakat melalui televisi. Masyarakat menjadi antipati kepada pejabat dan kepada seorang yang berpendidikan tinggi oleh karena fenomena ini. Ketika seseorang ditanya mengapa berkata kasar, jawaban yang diperoleh bukanlah suatu penyesalan namun lebih dari pembelaan diri dengan mengatakan bahwa hal itu adalah biasa dan dikatakan juga bahwa mulutnya saja yang mengeluarkan kata kasar, tapi hatinya sebenarnya baik.

Fenomena ini juga pernah terjadi di dalam jemaat Kolose, dimana masyarakat di sana boleh dikatakan juga adalah orang-orang yang berpendidikan dengan intelektualitas religius. Mereka pada mulanya adalah masyarakat yang maju karena daerah mereka merupakan jalur perdagangan dari pedalaman menuju ke Roma terutama perdagangan Wol hitam. Walaupun mereka sudah maju dan intelektualitas mereka tinggi, namun mereka tidak menunjukkan sikap yang baik dalam bertutur kata, tidak sopan dan kasar. Oleh karena itu Paulus mengingatkan jemaat di kolose untuk menjauhkan kata-kata kotor yang keluar dari mulut mereka (Kolose 3:8)

Saudara, kata-kata kasar dan kotor bisa membuat orang lain menjadi tidak suka kepada kita. Seringkali umat Tuhan membiasakan diri dengan selalu mengucapkan kata-kata kotor, kata-kata umpatan, kata-kata cabul, kata-kata yang bernada merendahkan orang lain, membual dan lain sebagainya yang membuat orang lain menjadi tersinggung atau menjadi musuh kita. Ada begitu banyak orang mengatakan bahwa mulutnya saja berkata kotor, berkata kasar dan berkata yang tidak-tidak, tapi hatinya sebenarnya baik. Padahal firman Tuhan katakan bahwa apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. (Mat 15:18). Ada begitu banyak obrolan-obrolan di kantor antar pegawai pria dengan perempuan saling melecehkan dan hal itu dianggap adalah biasa sebagai pencair suasana. Perkataan cabul yang menganggap perempuan sebagai barang yang dapat dipakai setiap saat adalah biasa terdengar sebagai bahan canda, padahal firman Tuhan katakan agar percabulan, rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan diantara kita (Efesus 5:3). Ada begitu banyak orang mengeluarkan kata-kata umpatan, kata-kata makian dan kata-kata kagetan dengan memakai nama Tuhan, padahal firman Tuhan katakan agar jangan menyebut nama Tuhan secara sembarangan (Keluaran 20:7). Ada begitu banyak orang mengeluarkan kata-kata kotor berupa nama-nama binatang, nama-nama hujatan ketika sedang menghadapi masalah, padahal firman Tuhan katakan agar mengucap syukur dalam segala hal. Perkataan bisa menjadi berkat dan bisa menjadi kutuk. (Yakobus 3:10). Perkataan bisa membangunkan orang yang letih dan lesu menjadi semangat dan bergairah, tapi bisa juga menjadi api yang menghanguskan orang lain, membuat dia menjadi marah dan dendam kepada kita. Oleh karena itu, sebagai orang yang telah ditebus oleh Yesus Kristus dengan darah-Nya yang mahal, mari kita memperbaharui sikap kita, tingkah laku kita dan perkataan kita, sehingga kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. JAGALAH PERKATAANMU, karena apa yang keluar dari mulut keluar dari hati, sehingga hati orang lain tidak terluka. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Jangan Menghakimi Orang Lain

Saat ini berita-berita di media massa sangat gencar memberitakan kasus korupsi di pemerintahan. Skandal pejabat dibuka dan menjadi konsumsi masyarakat. Yang melakukan interogasi adalah seorang pejabat atau mantan pejabat yang duduk di suatu lembaga yang dianggap independen dan dianggap bersih. Namun yang melakukan interogasi juga tidak luput dari tuduhan yang sama sehingga gantian dia juga harus di hadapkan ke meja pengadilan. Masyarakat turut menghakimi pejabat dengan demonstrasi, dengan unjuk rasa dan memberikan komentar yang seakan-akan menyesalkan tindakan tersebut. Padahal di lain pihak masyarakat juga melakukan hal yang sama di dalam lingkungan pekerjaannya walaupun dengan skala yang kecil yang tidak dapat diketahui orang banyak. Seseorang menuduh orang lain berbuat sesuatu, namun sebenarnya dia juga melakukan hal yang sama.

Rasul Paulus mengirim surat kepada Jemaat di Roma mengenai hal menghakimi orang lain. Di dalam Roma 2:1 dikatakan bahwa siapapun yang menghakimi orang lain, tidaklah bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain sebenarnya juga menghakimi diri sendiri, karena orang tersebut juga melakukan hal yang sama. Hal inilah yang dianggap perlu disampaikan oleh Paulus kepada jemaat di Roma agar jangan melakukan hal tersebut.

Saudara, memperbincangkan orang lain atau menuduh orang lain berbuat sesuatu sangat enak dan sangat mudah untuk diungkapkan. Ada begitu banyak teman yang siap untuk mendengarkannya. Ada begitu banyak teman yang siap untuk membahasnya. Namun pernahkah kita berpikir, apabila orang lain juga melakukan hal sama seperti yang kita lakukan. Demikian juga halnya ketika kita memprotes, ketika kita menghujat kelakuan para pejabat dan petinggi di pemerintahan saat ini, mungkin juga kita telah melakukan hal yang sama dengan pejabat tersebut walaupun dalam skala kecil yang tidak material dan tidak begitu diperhitungkan oleh orang lain. Dengan kata lain kita tidak bisa luput dari hal yang sama karena kita semua adalah orang yang berdosa dari semula. Maksudnya bukan berarti kita menerima kondisi ini, tapi lebih daripada itu agar kita introspeksi, memeriksa diri sendiri agar tidak cepat untuk menghakimi orang lain. Pada saat Yesus melayani di dunia ini, Dia yang tidak berdosa tidak pernah menghakimi orang berdosa, Dia tidak menghukum seorang pelacur yang datang kepadanya, tidak menghakimi orang farisi, tidak menghakimi pemungut cukai yang selalu dianggap koruptor pada saat itu, tidak menghakimi setiap orang, dan lain sebagainya. Yesus datang bukan untuk menghakimi tapi untuk melayani setiap orang dan menyelamatkan setiap orang berdosa. (Yohanes 3:17). Oleh karena Yesus datang bukan untuk menghakimi tetapi untuk melayani dan menyelamatkan orang berdosa, maka kita yang merupakan pengikutNya harus memiliki pandangan yang sama. Kita harus meneladani sikap Yesus yaitu datang untuk melayani dan menyampaikan missi Yesus Kristus, memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat manusia. MARI UNTUK TIDAK MENGHAKIMI ORANG LAIN. Puji nama Tuhan. Amin.

Lupakan Bayang - Bayang Masa Lalu

Ketika seorang anak kecil hendak mengutarakan isi hatinya untuk meminta sesuatu dari orang tuanya, kadang kala anak tersebut diliputi oleh rasa takut apabila permintaannya tidak dipenuhi. Sang anak merasa takut karena dia merasa mengetahui pikiran orang tuanya bahwa orangtuanya tidak akan memenuhi permintaannya. Ketakutan ini pada dasarnya karena dia pernah melakukan kesalahan di masa lalu, dia ingat masa lalunya. Hal ini mengakibatkan dia tidak jadi mengutarakan isi hatinya dan membuatnya menjadi “ngambek”, murung, gelisah dan kurang gairah sebagai tanda untuk menunjukkan kepada orang tuanya bahwa dia menginginkan sesuatu. Hal inilah yang sering melanda umat Tuhan dimana ada ketakutan dalam hidupnya. Ketakutan dikarenakan adanya kesalahan di masa lalu, ketakutan akibat trauma masa lalu yang belum dibereskan, masih ingat akan kebencian masa lalu, dan lain sebagainya.

Yohanes mengatakan kepada jemaatnya bahwa apabila kita tinggal di dalam hadirat Tuhan, tinggal di dalam kasih Tuhan dan Tuhan di dalam kita, maka seharusnya tidak ada ketakutan di dalam hidup karena kasih yang sempurna di dalam Yesus telah meleyapkan ketakutan itu. Kalau masih ada rasa takut, berarti ada sesuatu yang tidak beres di dalam hidup kita ketika mau hidup di dalam kasih yang sempurna itu. (I Yohanes 4:18). Dalam hal ini kita masih ingat masa lalu yang pernah terjadi atau dengan kata lain masih trauma akan kejadian masa lalu, masih ada kebencian yang belum pupus dalam hati kita.

Saudara, ketika melakukan kesalahan atau melakukan dosa, atau mungkin telah menyakiti hati orang lain, atau mungkin telah disakiti, sering terjadi ada rasa bersalah dalam hidup kita. Memang kita sudah meminta maaf kepada orang yang kita sakiti, memang dia sudah memaafkan kita, kita sudah saling memaafkan satu sama lain, tetapi ada satu hal yang masih mendominasi kehidupan kita yaitu masih ingat akan kejadian tersebut. Kita masih trauma dan ada rasa takut dalam diri apabila hal tersebut terulang kembali. Kejadian yang pernah terjadi selalu membayangi kehidupan kita. Hidup tidak tenang, gelisah dan menjadi tidak konsentrasi di dalam berdoa kepada Tuhan. Hal ini membuat kita menjadi tidak nyaman. Karena trauma masa lalu, hubungan kita dengan Tuhan menjadi rusak dan hubungan dengan sesama menjadi tidak nyaman. Kasih yang sempurna itu telah telah datang dan telah mengalahkan ketakutan, tetapi kita sendiri masih dilingkupi ketakutan karena bayang-bayang masa lalu. Firman Tuhan katakan bahwa orang yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid Yesus (Luk 14:33). Orang yang tidak dapat melepaskan dirinya dari bayang-bayang masa lalunya, tidak dapat menjadi murid Yesus. Orang yang masih ingat dan masih membenci saudaranya, tidak dapat menjadi murid Yesus. Orang yang masih ingat dan mengungkit-ungkit masa lalu dan tidak dapat melupakannya tidak akan dapat menjadi bagian dari kasih yang sempurna itu. Tuhan adalah mahakasih dan Dia sudah mengampuni dosa dan pelanggaran manusia serta sudah tidak mengingat-ingat lagi akan dosa manusia.(Yesaya 43:25). Namun kita sendiri yang mengatakan sudah memaafkan, mengatakan sudah mengampuni, masih belum bisa melupakan segala sesuatu tentang kesalahan orang lain, masih menyimpan trauma, masih suka mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu. Memang tidak mudah untuk melupakan hal tersebut dan tidak mudah terlepas dari trauma masa lalu. Tapi oleh pertolongan Tuhan dan oleh pertolongan Roh Kudus, kita bisa melakukan hal tersebut. Percaya saja. Oleh karena itu, mari kita melupakan masa lalu kita agar kasih yang sempurna itu dapat menjadi bagian kita. Minta pertolongan Roh Kudus untuk memampukan kita melakukan semuanya itu. LUPAKAN BAYANG-BAYANG MASA LALU. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

12 Februari 2010

Catatan Seorang Atheis

Apa motif anda melakukan kebaikan?

Agar orang lain bahagia atau agar anda masuk surga?

Alasan yang pertama semua orang pasti mengiyakan. Untuk alasan yang kedua semua orang yang mengaku beragama pasti menjawab tersipu-sipu dalam hati. Dan bibirnya mengatakan ”Ah, jangan paranoid seperti itu dong!”.
Tapi memang begitulah kenyataannya. Semua tempat ibadah menyerukan untuk berbuat baik, entah itu untuk kalangan satu agama atau pun lintas agama, dan dijanjikan ganjaran adalah hidup yang kekal, tenteram, tenang, abadi di surga.

Dan apakah salah jika saya meragukan realisasi janji-janji itu? Pernahkah ada yang ke-Sana? Pernahkan ada yang bersaksi tentang kehidupan di-Sana? Atau ada nggak rekaman videonya?

Saat ini dunia butuh bukti, bukan janji. Dunia perlu contoh dimana orang baik-baik mendapatkan hasil yang baik pula. Dunia ingin melihat yang nyata. Realita. Sudah ribuan tahun umur peradaban tapi tetap saja orang-orang jahat yang berpesta pora dalam kesuksesannya menindas orang-orang baik. Atau apakah semuanya itu adalah orang jahat? Tetapi karena tidak mampu berbuat jahat maka di definisikan sebagai orang baik?

Bagaimana jika benar bahwa yang kita anggap Tuhan itu tidak ada. Atau jika ada ia tidak sebaik yang kita kira. Bagaimana jika sebenarnya ia hanyalah merupakan hasil pemikiran manusia yang sudah bosan dengan kesumpekan dunia untuk mencari sosok punisher dimana kekuatannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sehingga menjadi sangat meyeramkan dan menghantui orang-orang untuk selalu bersikap baik, sopan, dan berusaha mematuhi aturan.

Kalau benar seperti itu. Dan kalau benar ada konsep surga dan neraka. Semua orang layak masuk neraka. Atas segala kemunafikannya yang menyangkal kemanusiaannya sendiri demi mendapatkan posisi baik dalam kriteria yang diciptakan manusia sendiri. Tidak sulit memang untuk bersikap manis setiap saat. Menjalani keseharian yang sudah dijadwalkan. Mulut tersenyum hati meringis. Bibir tertawa nurani menjerit.

Semua manusia sudah menjauh dari kodratnya. Semua manusia sudah tidak ingin menjadi dirinya sendiri. Manusia sudah diperbudak oleh pemikiran manusia itu sendiri. Pemikiran-pemikiran yang bertujuan untuk membatasi ruang gerak. Untuk menjadikan segalanya teratur. Dan sifat dasar manusia pun terkungkung. Sebagai makhluk yang bebas.

Dan ketika hukum alam berlaku tidak ada yang bisa menjelaskan. Hukum sebab akibat. Lihat saja...
Sebuah tempat yang dikatakan sangat suci, daerah dengan nilai keagamaan paling tinggi bisa tersapu rata oleh ganasnya gelombang tsunami hanya dalam beberapa saat.
Sebuah bangsa yang dikatakan ’terpilih’ sudah berabad-abad selalu berseteru dengan negara tetanggganya hanya karena wilayah kekuasaan.

Masih percayakah engkau dengan Tuhanmu?
Atau kalian akan berdalih lagi bahwa ini adalah cobaan?
Aku berkata bukan! Inilah hidup. Hidup yang tidak bisa dibatasi oleh pemikiran dan aturan yang dibuat oleh manusia. Yang berlaku adalah hukum alam karena sebab akibat.