Daftar Menu

01 November 2009

Jilid II : Prolog

Make me comfort to start new chapter…
Yeah… aku ingin merasa nyaman memulai babak baru dalam hidup ini. Bagian masa lalu yang tak akan ku lupakan harus aku tinggalkan. Terima kasih untuk setiap molekul kehidupan yang terlibat dan yang melibatkan diri dalam masa lalu itu. Tidak akan pernah aku mengutuki semuanya itu. Tidak akan pernah aku menangisi semuanya itu. Tidak akan pernah aku meratapi semuanya itu. Aku percaya semuanya adalah yang terbaik untukku. Aku hanya perlu lebih dan lebih bersyukur lagi atas begitu banyak kesempatan yang ditawarkan dunia ini padaku.

"Untuk apa kita jatuh? Supaya kita belajar untuk bangun” (Batman Begins)
Aku rasa aku bisa maknai ini. Untuk lebih berhati-hati dalam memilih dunia yang cocok untukku. Dunia yang bebas kemunafikan. Dunia yang penuh cinta sesungguhnya, bukan cinta antara yang baik dengan yang baik, bukan cinta antara yang benar dengan yang benar. Tetapi cinta yang universal. Cinta yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan. Life must go on, and the world too. Ini bukan seperti kisah-kisah alkitab lagi. Ini bukan zaman nabi-nabi lagi. Dunia telah berubah. Jauh. Pesan yang diwariskan adalah satu. KASIH.

Bukan kasih yang kau tunjukkan bila kau mengumpat, sumpah serapah keluar dari hatimu, caci maki di ujung lidahmu, kebencian dalam tatap matamu. Banyak diantara kita mengatakan pengikut Kristus, yang berusaha membawa semua orang menuju keselamatan. Omong kosong…!!! Ternyata kita hanya mengerjakan keselamatannya sendiri dan tak ingin orang lain turut serta diselamatkan. Menyingkirkan orang-orang yang seharusnya layak diselamatkan. Bukankah ini bisa jadi boomerang? Bukankah ini bisa mengawali sebuah dendam?

Aku tidak bisa mengidentifikasi iblis apa yang saat ini ada dalam diriku, atau malaikat apa yang ada dalam diriku (kata para ahli ada sisi baik dan sisi jahat). Yang aku tahu bahwa aku hanyalah manusia biasa, yang tak luput dari khilaf dan salah. Aku bahagia menjadi manusia dengan apa adanya. Baik dan buruk. Aku tahu, semakin aku berusaha menjadi yang sempurna maka semakin banyak ketidaksempurnaan yang kutemukan dalam diri. Orang yang seperti itu akan manghabiskan banyak waktunya untuk menyesali, meratapi, dan mengutuki dirinya sendiri. Dan tanpa sadar tergilas oleh kehidupan yang terus berputar. Adalah sangat membahagiakan dengan menerima diri apa adanya. Bersyukur atas semunya itu. Kelebihan dan kekurangan selalu berpasangan.

Memasuki Jilid II kehidupanku ini telah banyak kesempatan yang kudapatkan. Dalam masing-masing kesempatan tersebut aku bisa memperhitungkan seberapa besar peluang. Dan yang pasti, experience is the best teacher.

Thanks God...
I’m ready to the next chapter...
Apapun keputusan-Mu aku siap melaksanakannya. “Karena sesungguhnya aku ini hamba-Mu, jadilah kepadaku seturut kehendak-Mu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar