Daftar Menu

09 Agustus 2011

Pemerintah Melarang Warga Berpuasa

Tidak Ada Ramadan di Xinjiang

"Pejabat setempat memberikan makan siang gratis selama bulan puasa di sejumlah sekolah-sekolah. Hal serupa juga dialami oleh sejumlah pegawai negeri, mereka bisa terancam tidak menerima dana pensiun dan fasilitas lainnya jika melanggar".

DITENGAH kekerasan dan \ angkapan terhadap Muslim Ui ghur di Xinjiang, mereka harus menghadapi episode terbaru perlakuan Pemerintah China terhadap etnis minoritas itu, yaitu pembatasan selama menjalani ibadah bulan puasa. "Ramadan menjadi momentum terburuk bagi warga Uighur, jika ada tokoh agama yang memberikan ceramah, atau mendiskusikan tentang Ramadan, dan mengajak masyarakat untuk berpuasa, mereka akan kehilangan izinnya sebagai penceramah." kata Dilxat Raxit. juru bicara

World Uyghur Congress yang bermarkas di Munich kepada Eurasia Review.

Kelompok itu menambahkan, hingga hari Jumat (5/8), sudah 100 warga Uighur ditahan setelah serangan di sebuah pasar di Kashgar. Mereka yang ditahan kebanyakan adalah muslim yang rajin beribadah.

Raxit menambahkan, pembatasan itu termasuk larangan bagi masjid dalam mengkampanyekan acara-acara terkait Ramadan, atau mengajak Muslim untuk melakukan ibadah puasa selama Ramadan.

Jika membangkang, lanjutnya, mereka tak segan-segan menangkap pelaku karena dianggap melakukan aktifitas keagamaan secara ilegal.

Beda kawakan, beda perlakuan

PERLAKUAN Pemerintah China terhadap Muslim Uighur sangat berbeda dengan Muslim di daratan China lainnya seperti suku Han.

Jika di kawasan lain, Ramadan di setiap tahunnya semarak dengan berbagai aktivitas di berbagai kota di China; tengok saja di Beijing, kota metropolitan di wilayah timur China. Di kota itu terdapat Masjid Niujie di mana ratusan umat Muslim berkumpul untuk berbuka puasa bersama dan melakukan ibadah shalat Tarawih berjamaah.

Pemerintah China memberikan dukungan penuh dengan menyelenggarakan International Halal Food and Products Fair. Festival yang digelar di Kota Qinghai ini menarik sekitar 3.000 pebisnis dari 29 provinsi dan daerah otonom di China dan 28 nera asing.

"Acara ini merupakan sebuah forum kerja sama ekonomi dan perdagangan antara China den-gan negara-negara Muslim," ujar Gubernur Qinghai Luo Huining.

Namun di Provinsi Xinjiang, suasananya begitu berbeda, pemerintah pusat mendorong sejumlah restoran untuk dibuka, dan meminta PNS untuk meneken "surat komitmen" yang berjanji untuk tidak berpuasa, shalat Duhur dan Ashar serta menghindari sejumlah aktifitas keagamaan lainnya.

Pejabat setempat juga memberikan makan siang gratis selama bulan puasa di sejumlah sekolah-sekolah. Hal serupa juga dialami oleh sejumlah PNS, mereka bisa terancam tidak menerima dana pensiun dan fasilitas lainnya. Perusahaan-perusahaan swasta terus menyediakan makan siang bagi warga Xinjinag, jika mereka menolak untuk makan, mereka tidak akan memperoleh bonus bahkan pekerjaannya terancam.

Menurut situs Uyghur Online yang berbasis di Beijing, Pemerintah Daerah the Xinjiang Uyghur Autonomous Region mengumumkan larangan terhadap semua aktifitas agama selama bulan Ramadan.

Larangan-larangan itu ditujukan agar memastikan stabilitas nasional, tulis situs tersebut. Salah seorang warga ibukota Xinjiang, di Urumqi membenarkan larangan itu. Namun bagi masyarakat biasa, pemerintah setempat masih mengijinkan puasa, akan tetapi mereka dilarang untuk melakukan aktifitas agama selama Ramadan, kata warga Urumqi itu.

"Yang tidak diperbolehkan puasa adalah anggota partai dan pegawai negeri sipil," pungkasnya Tatacara di dalam masjid

ALAH, seorang karyawan di kota itu mengaku, Masjid Urumqi hanya boleh digunakan warga Urumqi, Muslim di luar kota itudilarang untuk beribadah di masjid itu selama Ramadan.

Semua orang yang menunaikan shalat di masjid harus menunjukkan KTP, imbuhnya. "Mereka harus mendaftarkan diri dan tidak boleh untuk berdoa dan berbicara satu sama lain."

Orang asing dilarang keras untuk masuk di kawasan masjid, kata salah seorang tak-mir masjid. Warga Uighur yang berusia di bawah 18 tahun juga dilarang untuk berpuasa Ramadan. Begitu juga pemilik restoran diwajibkan untuk tetap buka selama Ramadan.

Ketua Partai Komunis wilayah Kashgar, Cheng Zhenshcn menegaskan, dirinya akan melawan sparatisme. ekstrimis agama, dan teroris dengan tangan besi, setelah terjadinya kekerasan di kota Jalur Sutera, sedikitnya 14 orang tewas dan 40 lainnya luka-luka

Serangan di Kashgar, dan di kota terdekatnya Hotan dua pekan lalu adalah serangan terburuk dalam setahun ini di Provinsi Xinjiang yang penduduknya adalah mayoritas Muslim suku Uighur. Pengalaman terakhir ini menyisakan ingatan pada peristiwa tahun 2009 dimana bentrok antara suku Han dan Uyghur berakhir dengan tewasnya sekitar 200 orang.

Leonard Leo, Kepala The US Commission on International Religious Freedom menyatakan, kebijakan pemerintah Beijing terhadap etnis Muslim Uyghur telah terjebak pada tindakan represif, mereka menganggap demonstrasi damai sebagai bentuk ekstri-misme agama dan separatisme.

"Tidak ada alasan untuk melakukan kekerasan terhadap warga sipil yang tidak berdosa. Dan Beijing harus mengakui agama, budaya, dan pola hidup warga Uyghur agar bisa terhindar dari rasa frustrasi," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar